Untuk menjawab pertanyaan singkat diatas, tampaknya
tidaklah begitu mudah. Karena untuk melacak dan menemukan jawabanya diperlukan
observasi yang serius dan mendalam, salah satu keunikan pesantren yang penting
untuk dicatat adalah; sosoknya yang kompleks dan multidimensi. dan tidak salah
jika pesantren merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering sepanjang
zaman.
Untuk mempertahankan
eksistensinya, Setidaknya pesantren harus mampu mempertahankan pola-pola yang
selama ini dikembangkan dengan tidak mengabaikan begitu saja kekinian yang
semakin menggelobal (al-muhafadzatu a’la qodimi as-shalih wal ahdu
bil-jadidi al-aslah) setidaknya ada dua aspek yang perlu dipertahankan
yaitu; pertama, terkait dengan stuktur, metode, dan bahkan literatur
yang bersifat tradisional. Dengan ciri utamanya yaitu stressing
pengajaran yang lebih kepada pemahaman tekstual (harfiyah). kedua, terkait
dengan pemeliharaan sub-kultural (tata nilai) yang berdiri di atas pondasi ukhrawi
yang terimplementasikan dalam bentuk ketundukan dan ketaatan kepada para ulama,
para kiai, para ustadz dengan
mengutamakan ibadah, hanya demi untuk memperoleh tujuan hakiki dan mencapai
keluhuran jiwa.
Membincangkan berbagai hal yang terkait dengan pendidikan
dewasa ini memang seakan tak ada habisnya. Hingga kini pendidikan kita masih menjadi sorotan publik, pendidikan yang
diharapkan mampu menopang ketidakberdayaan masyarakat agar tegak, tumbuh dan
berkembang menjadi masyarakat terdepan dan sejahtera. Ternyata pendidikan kita
masih berkutat pada permasalahan-permasalahan internal yang menyelimuti. Jangankan
untuk mengangkat masyarakat, mengangkat dirinya sendiri masih susah-payah. Begitu banyak problem
didalamnya, mulai dari sarana pendidikan, mutu pendidikan, kesejahteraan
pendidik, kualitas pembelajaran, biaya yang tak memadai, hingga mutu lulusan
yang mana lebih menekankan pada aspek-aspek kognitif saja.
Cobalah kita mengintip sejenak prilaku masyarakat sekitar
kita, begitu banyak prilaku yang tidak lagi menghargai Norma Susila, Norma
Agama, tawuran antar pelajar, subsidi jawaban ketika UN, bobroknya akhlak
peserta didik bahkan para pendidiknya, hal itu seiring banyaknya orang-orang
berpendidikan yang mendekam dibalik jeruji penjara baik karena kasus KKN,
kekerasan, pelecehan seksual dan kasus-kasus lainnya. Hal tersebut lebih
menegaskan agar pendidikan di negeri ini perlu mengembangkan dan menggalakkan
nilai-nilai (pendidikan krakter) yang dapat menjadi pedoman hidup masyarakat
kita.
Pesantren sebagai salah satu beberapa model lembaga
pendidikan yang ada, memegang peran yang sangat penting dalam mengembangkan
nilai-nilai tersebut. dengan konsep pendidikannya
yang on time ‘24 jam’ pesantren
dapat membekali pribadi-pribadi anak didiknya (santri) dengan
sikap-sikap rajin, jujur, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, bekerja keras
serta nilai-nilai terpuji lainnya. Sehingga akhirnya dapat menelorkan insan
yang berkepribadian muslim yang tangguh, harmonis, mampu mengatur kehidupan pribadinya,
mengatasi masalah-masalah yang timbul, mencukupi kebutuhan serta mengendalikan
dan mengarahkan tujuan hidupnya.
Pembentukan dan pendidikan krakter disini tidak dapat
hanya semata-mata melalui materi pelajaran dibangku sokolah/ madrasah melainkan penanaman nilai-nilai itu harus diagendakan
dalam aktifitas sosial sehari-hari. Dalam hal ini para santri mendapat
bimbingan dan keteladan langsung oleh para ustadznya. Selanjutnya apa yang
dilakukan dipesantren tidak hanya menekankan pentingnya pengaplikasian
nilai-nilai itu saja. melainkan, memberikan contoh langsung dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan Pesantren.
Walhasil, menurut penulis bahwa, model pendidikan
pesantrenlah yang lebih terbukti keberhasilannya dalam mencetak santri yang
shalih dan berakhlak mulia. Meskipun kadang-kadang masih berupa benih-benih
potensi. Dan tentunya penulis tidak menafikan kelemahan dan kekurangan yang
ada. Namun kelebihan-kelebihan tersebut diharapkan dapat menutupi kelemahan dan
kekurangan pendidikan yang ada. (pernah dimuat di http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,55939-lang,id-c,kolom-t,Pendidikan+Pesantren+dalam+Pembentukan+Karakter-.phpx )
*Muhammad Ali Ridho, Alumni pondok Pesantren Mambaul Ulum
Bata-Bata Pamekasan Tahun 2011, saat ini tengah menempuh
studi S1 Di Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy),
Tebuireng Jombang.
0 komentar:
Posting Komentar