Selasa, 21 April 2015

5 Prinsip Nilai Dasar Pesantren Tebuireng*


Dunia pendidikan kita  masih menjadi sorotan publik, pendidikan yang diharapkan belum mampu menopang ketidakberdayaan masyarakat agar tegak, tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat terdepan dan sejahtera belum terwujud. Lebih tragsinya lagi, krisis moralitas terjadi dikalangan generasi muda. Para lulusan bangku sekolah dan perkuliahan pun banyak yang menjadi koruptor, tawuran antar pelajar, subsidi jawaban ketika UN, dan lainya. Tentunya ada persoalan serius di dunia pendidikan kita. Sesungguhya, hal demikian membutuhkan solusi yang tepat sasaran.
Pesantren merupakan sistem pendidikan tertua yang ada di negara kita. Eksistensinya tidak diragukan, telah teruji oleh sejarah hingga era kini masih terus bertahan ditengah kompetisi yang sangat ketat. Bahkan bukanlah hal yang berlebihan bila dikatakan bahwa pesantren telah menjadi satu wujud dari entitas budaya Indonesia. Yang dengan sendirinya menjalani proses sosialisasi yang relatif insentif. Indikasinya adalah wujud entitas budaya ini telah diakui dan diterima kehadirannya.
Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy’ari, melalui pesantren Tebuireng mewariskan ajaran yang sangat berharga bagi para santri-santrinya. Setidaknya terdapat lima nilai inti yang disarikan dari beberapa buku karya pendiri NU itu. yang  lima nilai dasar itu benar-benar ditekankan oleh  Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid semenjak beliau menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng Pertama, ikhlas. Merupakan rangkaian enam huruf yang sering dan mudah kita ucapkan. Namun dalam aplikasinya, ternyata perkara ini tidak mudah untuk kita lakukan. Bahkan mungkin diri kita pun tidak bisa mengukur seberapa besar kadar keikhlasan kita dalam mengerjakan sesuatu. Ikhlas berarti bersih. Suci dari segala niat buruk di dalam hati. Ikhlas berarti hanya mengharap ridho Allah semata. Tanpa pamer, riya’, atau mengharap pujian dari siapapun. Baginya, apa yang dia lakukan adalah untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Allah. hal inilah yang menjadi pokok pertama yang ditekanankan di pondok pesantren Tebuireng.
 Kedua, jujur. kejujuran merupakan kartu kredit yang sangat dapat diandalkan, walaupun hendak membeli barang apapun tidak akan menimbulkan kecurigaan orang lain. Jujur di dalam pergaulan masyarakat ibarat adalah sebuah tali pengikat. Orang yang jujur, walaupun berada di tempat manapun, pada waktu apapun, akan dengan tulus hati menghadapi segala masalah, tidak ada penyesalan, tidak ada rasa takut, dapat hidup dengan tenang, rileks dan aman. Di tebuireng  pembelajaran  kejujuran dimulai dari tidak diperbolehkannya menyontek bagi siswa yang mengikuti ujian, diberlakukannya kantin jujur dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, kerja keras. Berarti berusaha dan berjuang  dengan sungguh-sungguh dan gigih untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras mengeluarkan tenaga secara fisik dan berpikir sungguh-sungguh untuk meraih prestasi, kemudian disertai dengan berserah diri kepada Allah. Keempat, tanggung jawab. Merupakan prilaku yang harus dikerjakan oleh setiap santri dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa tanggung jawab maka kehidupan kita akan kacau.  Misalnya, santri tidak menjalankan kewajibannya sebagai santri di Pesantren, tentu akan semau sendiri. Tugas utama seorang santri, yakni bertanggung jawab untuk belajar dengan sungguh-sungguh di pesantren. Pentingnya tanggung jawab disini agar tidak mengalami kegagalan dan kerugian baik untuk dirinya sendiri atau bagi orang lain disekitarnya. karena dengannya kita akan mendapatkan hak kita dengan seutuhnya serta akan memiliki simpati yang besar yang aman dengan sendirinya derajat dan kualitasnya akan naik dimata orang lain. Kelima, Tasamuh. bersikap lapang hati, peduli, toleran, anti kekerasan, menghargai perbedaan, dan menghargai hak orang lain. kelima poin itulah yang diterapkan oleh Pesantren tebuireng untuk mendidik dan membekali santri-santrinya.
Penanaman lima nilai-nilai dasar pesantren Tebuireng dalam aktifitas sehari-hari membantu menyiapkan generasi masa depan yang memiliki karakter kuat. Dalam hal ini para santri mendapat bimbingan dan keteladan langsung oleh para pembinanya. Selanjutnya apa yang dilakukan di pesantren tidak hanya menekankan pentingnya pengaplikasian nilai-nilai itu saja. melainkan, memberikan contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari di Pesantren. Prinsip nilai dasar yang diwariskan oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ini, penting untuk dijadikan landasan dalam menjalani kehidupan di pesantren Tebuireng. Wallahu a'lam bisssawab
*Sumber Majalah Tebuireng edisi 35 (2014)
Oleh, Muhammad Ali Ridho, Mahasiswa Mahad Aly Tebuireng Jombang
Rubrik Suara Mahasiswa: Memberikan ruang spesial bagi teman-teman Mahasiswa/wi.
Silahkan, kirimkan karya Anda sekitar 800-900 kata ke  meja redaksi Majalah Tebuireng(majalahtebuireng@yahoo.co.id). Salam karya!


Minggu, 05 April 2015

Esensi zakat kita*



Setiap Ibadah dalam Agama kita mempunyai Stressing yang berbeda, ada Ibadah yang di sebut Ibadah Qolbiyah (hati), sekalipun anggota badan tidak banyak ikut berperan,  hal itu dinilai Ibadah. Kita bisa saja duduk santai di kantor, menghadapi tamu tapi di hati kita terbisik Lafadz Allah, itu namanya Ibadah hati, kita bisa saja berdiri di depan pantai, menikmati luasnya pantai terhampar membiru, hati kita berucap “ bukan main indahnya laut ini, kalau laut aja begini hebat, bagaimana lagi yang menciptkanan ? ” wisata yang seperti ini berpahala, karena kita tidak mengagumi laut, tetapi mengagumi yang menciptkan, ini di sebut Wisata Rohani, Ibadah Qolbiyah, Dzikir Khofy.
Adapula Ibadah Qolbiyah-Badaniyah, selain hati, anggota badan juga ikut berperan,  adapun harta tidak terlalu berperan, seperti Puasa Ramadhan,  asal hati punya keinginan dan mau mengerjakan, Ibadah itu bisa terlaksana, Sholat walaupun ada unsure Harta namun tak seberapa, unsur yang paling dominan adalah hati dan badan.
Adapula Ibadah itu di sebut Qolbiyah-Badaniyah dan Amaliyah. hati, badan dan harta. Semua komponen ini sama-sama berperan.Seperti Ibadah Haji misalnya, hati berniat, badan melaksanakan, harta di keluarkan baru terlaksana.Hati kepingin betul pergi Haji, badan sehat, namun uang tidak punya ,selamat melamun. Uang banyak, badan sehat, namun hati kurang semangat, liburan akhir tahunya pergi ke New York, London, Paris, korea dan semacamnya. Tetapi ke Makkah belum pernah sampai.
Kali ini, kita akan membahas Ibadah yang justru di tekankan adalah kepada Harta, disebut Ibadah Maliyah. Memang harta yang di minta dikeluarkan dalam melaksanakan ibadah itu, yaitu Zakat, Infaq dan Shadaqoh. Kesenjangan yang alami adalah Sunnatullah. Qur’an menjelaskan hal itu, kami lebihkan kamu dari yang lain. Ada yang Kaya ada yang Miskin, ada yang Alim dan ada pula yang awam.
Namun kenapa kesenjangan kita permasalahkan,? Karena kesenjangan yang terjadi adalah kesenjangan Struktural. Kita menyadari bahwa pemerataan bukan menciptakan Standar Ekonomi dengan standar ala Komunisme. Yang kita harapkan pemerataan terciptanya peluang dan kesempatan. Artinya jikalau  yang kaya semakin kaya, kenapa yang Miskin tidak bisa ikut Kaya, atau paling tidak naik sedikitlah. Untuk itu Islam memberi anjuran didalam harta kita, walaupun kita sudah berusaha dengan susah payah untuk mendapatkan harta itu, namun ada haq orang lain yang harus kita keluarkan dalam bentuk zakat.
Zakat berfungsi sebagai pembersih harta jika Zakat Mal, sebagai pembersih jiwa jika Zakat Fitrah, pembersih harta jika Zakat Zuru’, dan pembersih barang tambang jika Zakat Ma’adin  dan seterusnya. Sebagaimana sabda Nabi “ bersihkan harta kalian dengan mengeluarkan zakat”. Tentunya dalam harta yang kita cari,  bercampur dengan sedikit keharaman atau dengan perkara subhat itulah yang di bersihkan dengan zakat.
Namun ada yang menggunakan dalil ini secara salah, kita korupsi saja nanti kita bersihkan harta itu dengan zakat , sebagaimana sabda nabi “bersihkan harta kalian dengan mengeluarkan zakat” sudah kita zakatkan, bersih sudah. Itukan politik many londry, itu tidak di kenal. kalau mau kita analogikan begini “baju kita yang terkena najis bisa di sucikan, namun najis itu sendiri Atau baju yang terbuat dari barang najis  apakah bisa di sucikan ? tentu tidak, jadi tidak bisa menggunakan dalil tersebut dalam hal ini.
jika tidak kita laksanakan, tidak kita tunaikan maka Allah akan mencabut keberkahan dalam harta kita miliki, untuk  zakat memang ada haul ( ukuran waktunya), nishab (ukuran dari jumlah yang harus kita keluarkan) jadi terikat dengan haul dan nishab. Dalam Infaq tidak terkait dengan nisab, tetapi terikat dengan situasi kondisi. Biasanya jika objek kita sedang berhasil, rezeki lancar atau kedatangan rezeki yang tak di sangka-sangka. Dan pada Shadaqoh tidak terikat degan apapun, any time kita bisa melakukanya. Dan itu semua di sebut ibadah maliyah (harta).
Keberkahan terletak bagaimana kita mencari harta dan bagaimana kita membelanjakanya dengan benar. Keberkahan terletak pada orang yang menerima dan mendoakanya. kita seharusnya bersyukur ketika kita oleh allah dijadiakan fungsi sebagai kran air, yang menyimpan tetapi tidak untuk dirinya sendiri, tetapi untuk disalurkan kepada mereka yang memerlukan.dan sebagian dari pendidikan puasa adalah  tumbuhnya kepekaan sosial, kepekaan melahirkan keperdulian dan keperdulian dengan dibuktikan dengan zakat, infaq, paling tidak shadaqoh.
al-yadul a’la khairum min yadi as-sufla” tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah, adigium ini munkin benar namun jika keduanya sama-sama ikhlas dalam menjalaninya maka hal itu bukan hal yang hina. Karena keduanya saling membutuhkan.
Kita sering mendengar kaidah lil wasail hukmul maqosid”, alat dan tujuan menduduki status hukum yang sama. Agama memerintahkan untuk kita Sholat, menutup aurat sebagai salah satu syarat dalam mengerjakan Sholat, maka secara tidak langsung kita diperintahkan harus punya Industry Tekstil , agar kita bisa menutupi aurat. di sisi lain kita di perintahkan menunaikan Zakat, inikan sebenarnya anjuran Islam agar kita memiliki ekonomi yang kuat, maju,  mapan dan mempunyai relasi agar bisa mengeluarkan Zakat itu. Dan Kita juga diperintahkan untuk untuk menunaikan Haji, maka secara langsung kita di perintah agar mengusai teknologi, bisa membuat pesawat, karena kita tidak munkin berenang dari Indonesia ke Mekkah.
Kita harus sukses, kaya,  memiliki Ekonomi yang mapan agar kita bisa menjadi pelaksana Zakat bukan hanya sebagai penerimanya, kalaupun hari ini kita berdiri pada barisan yang menerima zakat, namun kita kita tanamkan dalam hati kita bahwa kedepan kita bisa kaya,ekonomi kita mapan agar kita bisa berpindah menjadi yang membayar zakat. Wallahu a’lam bisshawab.
^oleh  muhammad ali ridho Maha Santri Ma’had Aly  Asal Berau kal_tim.
*Artikel ini pernah dimuat di Majalah Tebuireng edisi 30  






               

Pesantren dan Pendidikan Moral kawula Muda*

Kita sudah sering disuguhi berita di berbagai media, media cetak, televisi dan media online tentang perilaku amoral yang dilakukan oleh para remaja dan juga orang dewasa. Prilaku yang menyimpang dari Hukum Agama maupun Hukum Adat bahkan sudah tergolong kriminal, seperti narkotika (narkoba), minuman keras (termasuk oplosan), judi, free sex, tawuran dengan menggunakan senjata tajam dan berbagai macam kasus lainnya.
Membicarakan diri para remaja sungguh unik se unik membicarakan diri manusia itu. Para remaja yang mempunyai ego tinggi tentang eksistensi diri biasanya lebih suka bersikap anti konformitas (mukhalafah) agar cepat diperhatikan segala sesuatu yang sebenarnya ada pada dirinya. dalam hal ini remaja sering berulah-salah, sehingga cap negatif pada dirinya bertubi-tubi datang dan itu semakin melemparkan mereka jauh dari tatanan yang ada (misalnya kenakalan remaja). Sifat dasar manusia adalah enggan dimaki dan
dikutuk (meski makian itu sesuai dengan prilakunya) tidak terkecuali para pemuda. Karena itu, tulisan ini hanyalah sinopsis yang menawarkan pola pemikiran tentang sebuah problem yang ingin direspon dengan cara apa.
Dalam al-Qur’an tergambar betapa Tuhan sengaja mengekspresikan semangat para remaja dalam merespon problem yang mengitari dirinya. Suatu situasi yang timbul berlawanan dengan norma, akan menarik nalurinya bergerak mengatasi dengan cara apa saja yang dimiliki. Naluri itu secara psikologis ada pada diri setiap manusia dan cukup sensitif serta sangat berpotensi jika diberdayakan secara optimal. jiwa remaja itu oleh para ilmuwan dinilai masih lumayan obyektif karena belum banyak kepentingan. Namun tidak dipungkiri, bahwa watak dasarnya tetap agresif-emosional. Karena itu mereka tetap tidak bisa berjalan sendiri, harus dibimbing atau disatukan persepsinya. Maka wajar bila tuhan menyatukan jiwa pemuda goa (ashab al-kahf) agar terbentuk kumulasi (penyatuan) ide yang membulat (al-kahf :14).
Masa remaja adalah masa dimana manusia mengalami pertumbuhan bentuk badan (fisik) dan pola berpikir. Jika luput dari perhatian, sangat mungkin sekali perilakunya akan menyimpang, erkait “moral, cara berpikir dan bertindak”. Timbulnya perubahan yang cepat pada dirinya membutuhkan sesuatu agar mereka bisa menjaga diri dari pengaruh pergaulan yang negatif. beberapa paparan referensi tentang penyikapan terhadap problem para pemuda dapat dilihat pada paparan berikut ini :
Pertama, peran orang tua selalu menjadi faktor utama pembangunan karakter seorang anak. jika hubungan itu buruk, yang terjadi adalah tidak terkontrolnya jiwa dan akal si anak tersebut. Ketidakperdulian, ketidakharmonisan orang tua bisa membuat anak itu menjadi seperti anak ayam yang kehilangan induknya. dan kita tahu jika sudah menyangkut dengan masalah itu. Anak ayam tanpa induknya selalu menjadi mangsa yang empuk. begitu juga dengan seorang anak remaja jika kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua, anak remaja itu akan mencari dunia lain yang negatif. Hasilnya berani menyangkal orang tua, jarang pulang, berkumpul dengan teman-teman yang akhlaknya tidak karuan dan keganjilan-keganjilan dan yang lain.
Terkait pergaulan dalam islam sudah dijelaskan secara gamblang sebagaimana sabda Rosul Saw. “Perumpamaan teman bergaul yang buruk adalah seperti peniup api tukang besi, bisa jadi dia akan membakar pakaianmu, atau (minimal) kamu akan mencium darinya bau yang tidak sedap” mengenai pemahaman hadis ini terserah penafsiran setiap pembacanya, namun yang jelas pergaulan dengan lingkungan sekitarnya sangat mempengaruhi sikap dan cara berpikir para remaja. Masih labilnya cara berpikir mereka memaksa orang tua untuk terus memperhatikannya.
Kedua, banyaknya waktu luang pikiran bisa jumud, jika sama sekali kita membiarkannya menganggur, buntu dan membuat kita lemah sehingga jiwa juga lemah. akibatnya, khayalan dan bisikan-bisikan pemikiran buruk, melahirkan keinginan-keinginan buruk pula., sehingga waktu terbuang dengan sia-sia.
manusia selalu membutuhkan aktifitas, untuk menghindari kekosongan, dan membiasakan berpikir. untuk mengatasi hal ini, sebaiknya seorang remaja berusaha mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang cocok dan bermanfaat, seperti membaca, menulis, kursus bahasa, belajar, membantu kesibukan orang tua atau kegiatan lainnya, walaupun hanya aktifitas sepele. kata orang jawa “Sing penting obah, ora obah ora mamah” artinya, yang penting bergerak, (beraktifitas), tidak bergerak maka tidak menghasilkan sesuatu.
Ketiga, meluruskan persangkaan keliru para remaja terhadap ajaran agama. Persangkaan seringkali menimbulkan ketidakpahaman. Ada yang menganggap aturan-aturan agama hanya mengekang kebebasan dan mematikan potensi mereka. Benarkah? agama mengatur dan mengarahkan dengan baik kebebasan tersebut (lebih tepatnya hawa nafsu), agar tidak berbenturan dengan kebebasan orang lain.
Pesantren dan pendidikan moral
Sebagai institusi pendidikan tertua di Indonesia, Pesantren memiliki segudang nilai-nilai yang belum begitu dieksplorasi oleh kalangan internal pesantren sendiri. Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, kita telah melihat bagaimana kontribusi nyata Pesantren dalam melahirkan pemimpin yang berkarakter, kuat, militan, penuh integritas, gigih, visioner, pantang menyerah dan ikhlas dalam berjuang. Kontribusi tersebut tidak berhenti pada masa perjuangan bangsa, melainkan hingga dewasa ini, pimpinan institusi tertinggi negara banyak yang dipimpin oleh tokoh nasional dengan latar belakang pesantren.
Melihat pendidikan Pondok Pesantren Setidaknya ada berbagai macam keunggulan yang dimilikinya. Antara lain: pertama, menggunakan pendekatan holistis dalam sistem pendidikannya . Artinya para pengasuh pondok pesantren memandang bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan kesatupaduan atau lebur dalam totalitas kegiatan hidup sehari-hari. Bagi warga pondok pesantren, belajar di pondok pesantren tidak mengenal perhitungan waktu.
Kedua,memiliki kebebasan terpimpin. Setiap manusia memiliki kebebasan, tetapi kebebasan itu harus dibatasi, karena kebebasan memiliki potensi anarkisme. Kebebasan mengandung kecenderungan mematikan kreatifitas, karena pembatasan harus dibatasi. Inilah yang dimaksud dengan kebebasan yang terpimpin. Kebebasan terpimpin adalah watak ajaran Islam dan hal tersebut dapat dilihat dalam pola pendidikan di Pondok pesantren.
Ketiga, berkemampuan mengatur diri sendiri (mandiri). Di pondok pesantren, santri mengatur sendiri kehidupannya menurut batasan yang diajarkan agama. Para santri melakukan sendiri aktivitas keseharian mereka dengan independen. Mereka melakukan aktivitas keseharian secara mandiri.
Keempat, memiliki kebersamaan yang tinggi. Dalam pondok pesantren berlaku prinsip; dalam hal kewajiban harus menunaikan kewajiban lebih dahulu, sedangkan dalam hak, individu harus mendahulukan kepentingan orang lain melalui perbuatan tata tertib.
Kelima, Mengabdi kepada orang tua dan guru. Tujuan ini antara lain melalui pergerakan berbagai pranata (norma) di pondok pesantren seperti mencium tangan guru, dan tidak membantah guru beserta dengan keluarganya.
kesimpulan penulis, untuk itulah pesantren hadir di tangah-tengah kita, selain mencetak anak didik yang tafakkuh fiddin, berwawasan luas juga mencetak anak didik yang berakhlakul karimah. Sehingga lumrah dalam dunia pesantren dengan sebutan bahwa pesantren sebagai bengkel moral, karena memang tidak ada lembaga lain yang memang inten, mengayomi anak didiknya dalam perbaikkan moral, kecuali pesantren. Sungguh besar jasa pesantren bagi bangsa ini, makanya orang tua yang sadar dan mengerti tentang kemorosatan moral remaja saat ini, dengan mengantarkan putra-putrinya kedunia pesantren, yang tujuan utamanya adalah membina akhlakul karimah. wallahu a’lam.[]
*Pernah dimuat di tebuireng.org pada 24 Desember 2014