Dunia pendidikan
kita masih menjadi sorotan publik,
pendidikan yang diharapkan belum mampu menopang ketidakberdayaan masyarakat
agar tegak, tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat terdepan dan sejahtera
belum terwujud. Lebih tragsinya lagi, krisis moralitas terjadi dikalangan
generasi muda. Para lulusan bangku sekolah dan perkuliahan pun banyak yang
menjadi koruptor, tawuran antar pelajar, subsidi jawaban ketika UN, dan lainya.
Tentunya ada persoalan serius di dunia pendidikan kita. Sesungguhya, hal
demikian membutuhkan solusi yang tepat sasaran.
Pesantren
merupakan sistem pendidikan tertua yang ada di negara kita. Eksistensinya tidak
diragukan, telah teruji oleh sejarah hingga era kini masih terus bertahan
ditengah kompetisi yang sangat ketat. Bahkan bukanlah hal yang berlebihan bila
dikatakan bahwa pesantren telah menjadi satu wujud dari entitas budaya
Indonesia. Yang dengan sendirinya menjalani proses sosialisasi yang relatif
insentif. Indikasinya adalah wujud entitas budaya ini telah diakui dan diterima
kehadirannya.
Hadratussyaikh
KH. M Hasyim Asy’ari, melalui
pesantren Tebuireng mewariskan ajaran yang sangat berharga bagi para
santri-santrinya. Setidaknya terdapat lima
nilai inti yang disarikan dari beberapa buku karya pendiri NU itu. yang lima nilai dasar itu benar-benar ditekankan oleh Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid semenjak beliau menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng Pertama, ikhlas. Merupakan rangkaian enam
huruf yang sering dan mudah kita ucapkan. Namun dalam aplikasinya, ternyata
perkara ini tidak mudah untuk kita lakukan. Bahkan mungkin diri kita pun tidak
bisa mengukur seberapa besar kadar keikhlasan kita dalam mengerjakan sesuatu.
Ikhlas berarti bersih. Suci dari segala niat buruk di dalam hati. Ikhlas
berarti hanya mengharap ridho Allah semata. Tanpa pamer, riya’, atau mengharap
pujian dari siapapun. Baginya, apa yang dia lakukan adalah untuk
mempersembahkan yang terbaik bagi Allah. hal inilah yang menjadi pokok pertama
yang ditekanankan di pondok pesantren Tebuireng.
Kedua, jujur. kejujuran merupakan kartu
kredit yang sangat dapat diandalkan, walaupun hendak membeli barang apapun
tidak akan menimbulkan kecurigaan orang lain. Jujur di dalam pergaulan
masyarakat ibarat adalah sebuah tali pengikat. Orang yang jujur, walaupun
berada di tempat manapun, pada waktu apapun, akan dengan tulus hati menghadapi
segala masalah, tidak ada penyesalan, tidak ada rasa takut, dapat hidup dengan
tenang, rileks dan aman. Di tebuireng
pembelajaran kejujuran dimulai
dari tidak diperbolehkannya menyontek bagi siswa yang mengikuti ujian,
diberlakukannya kantin jujur dan kemudian diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Ketiga, kerja keras. Berarti berusaha dan
berjuang dengan sungguh-sungguh dan
gigih untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras mengeluarkan tenaga secara
fisik dan berpikir sungguh-sungguh untuk meraih prestasi, kemudian disertai
dengan berserah diri kepada Allah. Keempat, tanggung jawab. Merupakan prilaku yang harus
dikerjakan oleh setiap santri dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa tanggung jawab
maka kehidupan kita akan kacau. Misalnya,
santri tidak menjalankan kewajibannya sebagai santri di Pesantren, tentu akan
semau sendiri. Tugas utama seorang santri, yakni bertanggung jawab untuk
belajar dengan sungguh-sungguh di pesantren. Pentingnya tanggung jawab disini
agar tidak mengalami kegagalan dan kerugian baik untuk dirinya sendiri atau
bagi orang lain disekitarnya. karena dengannya kita akan mendapatkan hak kita
dengan seutuhnya serta akan memiliki simpati yang besar yang aman dengan
sendirinya derajat dan kualitasnya akan naik dimata orang lain. Kelima,
Tasamuh. bersikap
lapang hati, peduli, toleran, anti kekerasan, menghargai perbedaan, dan
menghargai hak orang lain. kelima
poin itulah yang diterapkan oleh Pesantren tebuireng untuk mendidik dan
membekali santri-santrinya.
Penanaman lima nilai-nilai dasar pesantren Tebuireng dalam aktifitas sehari-hari membantu
menyiapkan generasi masa depan yang memiliki karakter kuat. Dalam hal ini para
santri mendapat bimbingan dan keteladan langsung oleh para pembinanya.
Selanjutnya apa yang dilakukan di pesantren tidak hanya menekankan pentingnya
pengaplikasian nilai-nilai itu saja. melainkan, memberikan contoh langsung
dalam kehidupan sehari-hari di Pesantren. Prinsip nilai dasar yang diwariskan
oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ini, penting untuk dijadikan landasan
dalam menjalani kehidupan di pesantren Tebuireng. Wallahu a'lam bisssawab.
*Sumber Majalah Tebuireng edisi 35 (2014)
Oleh, Muhammad Ali Ridho, Mahasiswa
Mahad Aly Tebuireng Jombang
Rubrik Suara Mahasiswa:
Memberikan ruang spesial bagi teman-teman Mahasiswa/wi.
Silahkan, kirimkan karya
Anda sekitar 800-900 kata ke meja
redaksi Majalah Tebuireng(majalahtebuireng@yahoo.co.id). Salam karya!
|