Minggu, 30 November 2014

Toleransi Beragama Dalam Islam

Sebelum berbicara banyak tentang toleransi agama ada baiknya, kita bahas kata “toleransi” itu sendiri, kata toleransi berasal dari kata  toleran yang artinya bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yg berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri, sedangkan  dalam bahasa Arab disebut ”tasamuh” artinya kemurahan hati, saling mengizinkan, saling memudahkan.

Kemudian kata “Islam” berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Makna tersebut menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk mewujudkan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia dan seluruh alam raya. Islam ialah agama yang diturunkan Allah sejak manusia pertama,  yaitu Nabi Adam AS.  Kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya. Dengan misi mulia sebagaimana tersebut di atas, maka Islam merupakan agama rahmat bagi alam semesta.

Islam berfungsi sebagai rahmat bagi sekalian alam yang mana tidak tergantung pada penerimaan atau penilaian manusia. Wujud rahmat Allah pada ajaran Islam antara lain  adalah: Pertama, Islam membawa manusia menempuh jalan hidup yang benar. Kedua, Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan Allah secara bertanggung jawab. Ketiga, Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik muslim maupun nonmuslim. Keempat, Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional. Kelima, Islam menghormati kondisi spesifik individu/ keunikan individu dan memberikan perlakuan yang spesifik pula.

Ajaran tentang toleransi dalam islam bukanlah ajaran baru yang dibawa nabi Muhammad Saw, melainkan adalah ajaran yang sudah sejak lama dipraktekan para nabi terdahulu. Sikap toleransi merupakan wujud dari prinsip persamaan yang menimbulkan sifat tolong menolong dan sikap kepedulian sosial di antara sesama warga masyarakat, yang pada gilirannya akan melahirkan rasa persatuan dan solidaritas sosial yang kuat dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “la ikraha fid-din, dan  ayat “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami”  adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing. Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam masyarakat Islam.

Dan  toleransi disisni  bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup.  Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.

Intinya toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten. Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masadepan.Wallhua’lambissawab 



           

0 komentar:

Posting Komentar