Minggu, 16 November 2014

PUISI Kang Ulum


Rintihan pendosa

Kau yang tak pernah menyesal
Barbeda denganku yang penuh sesal
Kau yang tak sama
Lagi berbeda dalam segala
Ampunilah
Walau dosa terulang
Ampunilah
Walau terombang-ambing
Ampunilah
Walau menggunung
Ampunilah
Walau sekali meminta
Karena Kau tak sama
Karena Kau tak menyesal
Demi ke-taksamaan-Mu
Lakukanlah….

Setetes Doaku

Cuma sampai di sini, harapku untukmu
Tapi tak pernah sampai, doaku untukmu
Tuk tenangkan malammu
Tuk hilangkan dukamu
Tuk sembuhkan lukamu

Sempurnalah dalam suka
Genaplah dalam cita
Lengkaplah dalam cinta
Cinta untukmu
Cinta darimu
Cinta cintamu

Sajak Pendosa
Dalam sepi alam di kala kelam
Sajak-sajak pendosa pun tak terdengar
Hilang semuanya dalam gelap
Di sela-sela mimpi pulas
Tangisan bocah memecah keheningan
Mengundang malaikat tuk turun melihat
Bertanya dan tak terjawab
Siapa bocah itu?, bertahun-tahun ku tatap ia
Dengan mataku
Tak ku lihat setetespun mengalir sesal dari matanya
Ia tertawa dalam gelap
Bergembira di tengah hitam
Kini menangis di lambung malam
Kenapa ia?

Iblis tertunduk lesu di bawah beringin
Mata kosong tanpa harapan menjawab
Sinar Allah memancar menembus jantung
Hingga ia tak sadar saat mata menetes
Dosa terbayang dan sesal bergelantungan
Menatap iba bocah mati di pinggir
Terseret tragis di tepi harum
Mata menetes
Hati bergetar
Duh, alangkah indah diriku jika
Mati seperti ia
Kini tetesan tak lagi ada
Ratapan pun tlah lama sirna
Hanya nisan putih tak termakan zaman
Bersih terawat dalam balutan doa

Harus
Harus…
Harus kau sendiri
Datang membasuh luka
Mengusap perih
Habiskan tisu dukamu
Tak perlu kau tahan lagi

Saat debu berlari mendatangi pusaraku
Harus kau yang ada
Harus kau yang terjaga
Karena kau harus menyambut angin
Dengan apa ia datang
Dengan siapa ia melayang
Kau harus menyapanya

Harus kau….
Saat hujan memeluk nisanku
Kau harus terjaga
Tanpa harus tersiksa
Rasakan dingin rengkuhan hujan
Rasakan senyap sapaan angin
Rasakan sesak ciuman debu

Harus kau….
Harus kau….

Dan pesanku
Dan salamku
Dan doaku
Sampaikan pada semuanya
Sampai mereka mengetahuinya
Sampai mereka menjawabnya
Sampai mereka mengamininya
Amiin…

Merdeka

Merdeka….
Jalinan huruf yang keramat
Yang membuat bangsa diakui
Yang menjadikan Negara disegani
Yang membesarkan hati anak pertiwi

Merdeka….
Tersusun dari tulang-tulang bangsa
Terbangun dari tekad membaja
Terdorong dari semangat membara
Tuk bebaskan negeri tercinta

Merdeka….
Dicapai tuk kembangkan sayap
Diraih tuh gapai esok cerah
Walau darah membanjiri tanah pertiwi
Hingga duka tak lagi terasa perih

Merdeka….
Beribu putra bangsa tersungkur
Berkubik liter darah membanjir
Berhektar bambu terpotong
Terkorbankan tuk sang pertiwi

Merdeka….
Tertulis memang selalu sulit
Tersurat akan penuh darah
Terpatri takkan pernah mudah
Tapi merdeka tetap merdeka

Merdeka….
Kata mundur terbuang jauh
Huruf-huruf ampun terpendam dalam
Yang ada hanya gelora
Yang tersisa hanyalah MERDEKA

Merdeka….
Merdeka….
Merdeka….
Kejilah orang yang menodaimu
Rendahlah orang yang merendahkanmu
Karena engkau terjunjung tinggi di pundak pahlawan
Karena engkau terkenang dalam sanubari penerus

Merdeka….
Merdeka….
Mer…de…ka…

Puisi ditulis oleh kang ulum

0 komentar:

Posting Komentar